Kita dilahirkan dengan dua mata di depan, jadi
seharusnya kita melihat yang ada di depan. Dan
bukan yang sudah berlalu.
Kita lahir dengan dua telinga, satu kiri dan satu di
kanan sehingga kita dapat mendengar dari dua sisi
dan dua arah. Menangkap pujian maupun kritikan, dan
mendengar mana yang salah dan mana yang benar.
Kita dilahirkan dengan otak tersembunyi di kepala,
semiskin manapun kita, kita tetap kaya. Kenapa?
Karena tidak seorangpun dapat mencuri isi otak kita.
Yang lebih berharga dari segala permata yang ada.
Kita dilahirkan dengan dua mata, dua telinga, namun
cukup dengan satu mulut. Karena mulut tadi adalah
senjata yang tajam, yang dapat melukai, memfitnah,
bahkan boleh membunuh. Jadi, lebih baik sedikit
bicara, tapi banyak mendengar dan melihat.
Kita dilahirkan dengan satu hati, yang mengingatkan
kita. Untuk menghargai dan memberikan cinta kasih
dari dalam lubuk hati. Belajarlah untuk mencintai dan
menikmati untuk dicintai, tetapi jangan pernah sekali
mengharapkan orang lain mencintai Anda dengan
cara dan sebanyak yang sudah Anda berikan. Berikanlah cinta tanpa mengharapkan balasan, maka
Anda akan menemukan bahwa hidup ini terasa
menjadi lebih indah.
TEMPE DAN TELOR GOSONG
Dua puluh tahun telah berlalu, namun masih
terbayang jelas kenangan indah berikut:
Suatu malam, mama yang bangun sejak pagi, bekerja
keras sepanjang hari, membereskan rumah tanpa
pembantu, jam tujuh malam mama selesai
menghidangkan makan malam papa yang sangat
sederhana berupa telur mata sapi, tempe goreng,
sambal teri dan nasi. Sayangnya karena mengurusi adik yang merengek,
tempe dan telor gorengnya sedikit gosong! Saya
melihat mama sedikit panik, tapi tidak bisa berbuat
banyak, minyak gorengnya sudah habis. Kami
menunggu dengan tegang apa reaksi papa yang
pulang kerja, pasti sudah capek melihat makan malamnya hanya tempe dan telur gosong. Luar biasa! Papa dengan tenang menikmati dan
memakan semua yang disiapkan mama dengan
tersenyum, dan bahkan berkata, “Mama terima
kasih!”, dan papa terus menanyakan kegiatan saya
dan adik di sekolah. Selesai makan, masih di meja makan, saya
mendengar mama meminta maaf karena telor dan
tempe yang gosong itu, dan satu hal yang tidak
pernah saya lupakan adalah apa yang papa katakan,
“”Sayang, aku suka telor dan tempe yang
gosong.” Sebelum tidur, saya pergi untuk memberikan ciuman
selamat tidur kepada papa, saya bertanya apakah
papa benar-benar menyukai telur dan tempe gosong.
Papa memeluk saya erat dengan kedua lengannya
yang kekar dan berkata, “Anakku, mama sudah
bekerja keras sepanjang hari dan dia benar-benar sudah capek, jadi sepotong telor dan tempe yang
gosong tidak akan menyakiti siapa pun kok!”
Ini pelajaran yang saya praktekkan di tahun-tahun
berikutnya.
BELAJAR MENERIMA KESALAHAN ORANG LAIN , adalah satu kunci yang sangat penting untuk menciptakan sebuah hubungan sehat,
bertumbuh dan abadi. Ingatlah emosi sesaat tidak
akan pernah menyelesaikn masalah yang ada, dan
selalulah berpikir dewasa mengapa sesuatu hal itu
bisa terjadi pasti punya alasan sendiri. Janganlah kita
menjadi orang yang egois, hanya mau dimengerti tapi tidak mau mengerti.