Berikut ini adalah 12 kalimat “Jangan menunggu”
yang perlu dihindari :
1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum! Tapi
tersenyumlah, maka kamu kian bahagia!
2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah! Tapi
bersedekahlah, maka kamu akan semakin kaya!
3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak! Tapi
bergeraklah, maka kamu akan termotivasi!
4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu
peduli! Tapi pedulilah dengan orang lain, maka kamu
akan dipedulikan!
5. Jangan menunggu orang memahami kamu baru
kamu memahami dia! Tapi pahamilah orang itu, maka
orang itu paham dengan kamu!
6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis! Tapi
menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam
tulisanmu!
7. Jangan menunggu proyek baru bekerja! Tapi
bekerjalah, maka proyek akan menunggumu!
8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai! Tapi
belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai!
9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang!
Tapi hiduplah dengan tenang, percayalah bukan
sekadar uang yang datang tapi juga rejeki yang
lainnya!
10. Jangan menunggu contoh baru bergerak
mengikuti! Tapi bergeraklah, maka kamu akan
menjadi contoh yang diikuti!
11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur! Tapi
bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu!
12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi
lakukanlah! Kamu pasti bisa!
semua akan berlalu
Raja Salomo, adalah seorang raja yang terkenal
dengan kebijaksanaannya.
Dan pada suatu hari, sang raja meminta kepada
tukang emasnya yang sudah tua renta untuk
menuliskan sesuatu di dalam cincinnya. Raja
berpesan, “Tuliskanlah sesuatu yang bisa kamu
simpulkan dari seluruh pengalaman & perjalanan
hidupmu, supaya itupun bisa menjadi pelajaran untuk hidup saya.” Berbulan-bulan si tukang emas yang tua itu membuat
cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yang
penting di cincin emas yang kecil itu. Akhirnya setelah
berdoa & berpuasa, si tukang emas itupun
menyerahkan cincinnya pada sang raja. Dan dengan
tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya, “DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU”. Awalnya sang raja tidak terlalu paham dengan apa
yang tertulis di sana. Tapi, suatu ketika, tatkala
menghadapi persoalan kerajaan yang pelik, akhirnya
ia membaca tulisan di cincin itu & ia pun menjadi lebih
tenang, “Dan Inipun akan berlalu!” Dan tatkala ia
sedang bersenang-senang, ia pun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, lantas ia menjadi
rendah hati kembali.
Betul! Ketika Anda sedang punya masalah besar
ataupun sedang dalam kondisi terlalu gembira,
ingatlah kalimat itu, “Dan inipun akan berlalu”.
Kalimat ini, kalau direnungkan dengan bijak akan
mengantarkan diri kita pada keseimbangan hidup.
Tidak ada satupun yang langgeng. Jadi, ketika Anda punya masalah, tidaklah perlu terlalu bersedih. Tapi,
tatkala Anda lagi senang, jangan terlalu kelewat
senang.
Ingatlah….semuanya akan berlalu!
Kehilangan dan Mendapatkan
Suatu hari seorang bapak tua hendak menumpang
bus.Pada saat ia menginjakkan kakinya ke tangga,
salah satu sepatunya terlepas & jatuh ke jalan.Lalu
pintu tertutup & bus mulai bergerak, sehingga ia tidak
bisa memungut sepatu yg terlepas tadi.Si bapak tua
itu dengan tenang melepas sepatunya yg sebelah dan melemparkannya keluar jendela.
Seorang pemuda yg duduk dalam bus melihat
kejadian itu, dan bertanya kepada si bapak tua,
“Aku memperhatikan apa yg Anda lakukan
Pak.Mengapa Anda melemparkan sepatu Anda yg
sebelah juga?” Si bapak tua menjawab, “Supaya
siapapun yang menemukan sepatuku bisa memanfaatkannya.”
Si bapak tua dalam cerita di atas memahami filosofi
dasar dalam hidup – jangan mempertahankan
sesuatu hanya karena kamu ingin memilikinya atau
karena kamu tidak ingin orang lain memilikinya. Kita
kehilangan banyak hal di sepanjang masa hidup.
Kehilangan tersebut pada awalnya tampak seperti tidak adil & merisaukan, tapi itu terjadi supaya ada
perubahan positif yang terjadi dalam hidup kita. Kalimat di atas tidak dapat diartikan kita hanya boleh
kehilangan hal-hal jelek saja. Kadang, kita juga
kehilangan hal baik.
Ini semua dapat diartikan: supaya kita bisa menjadi
dewasa secara emosional dan spiritual, pertukaran
antara kehilangan sesuatu dan mendapatkan sesuatu
haruslah terjadi. Seperti si bapak tua dalam cerita, kita harus belajar
untuk melepaskan sesuatu. Tuhan sudah menentukan
bahwa memang itulah saatnya si bapak tua
kehilangan sepatunya. Berkeras hati dan berusaha
mempertahankannya tidak membuat kita atau dunia
menjadi lebih baik. Kita semua harus memutuskan kapan suatu hal, suatu keadaan atau seseorang
masuk dalam hidup kita, atau kapan saatnya kita
lebih baik bersama yg lain. Pada saatnya, kita harus
mengumpulkan keberanian untuk melepaskannya.
Karena tiada badai yg tak berlalu. Tiada pesta yg tak
pernah usai. Semua yg ada di dunia ini tiada yg abadi.
Bersiap Menghadapi Kehilangan
Bila Anda siap MENDAPATKAN , sudahkan Anda juga siap KEHILANGAN ? Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Dari mulai marah-marah,
menangis, protes pada takdir, hingga bunuh diri.Masih
ingatkah Anda pada tokoh-tokoh ternama, yang tega
membunuh diri sendiri hanya karena sukses mereka
terancam pudar? Barangkali kisah yang diadaptasi dari The Healing
Stories karya GW Burns berikut ini, dapat memberikan
inspirasi.
Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan
rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus
asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi
finansial keluarganya morat-marit. Sementara para
tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-
barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang
dan pangan.Anak- anaknya sudah lama tak dibelikan
pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak
dapat membeli barang-barang rumah tangga yang
layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini,
dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan
pekerjaan. Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi,
tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa
penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. “Uh,
hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,
” gerutunya kecewa. Meskipun begitu ia membawa
koin itu ke sebuah bank.”Sebaiknya koin in Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu
memberi saran. Lelaki itupun mengikuti anjuran si
teller, membawa koinnya kekolektor. Beruntung
sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30
dollar. Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan
apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini.
Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya
beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa
membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena
istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples. Sesudah
membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul
kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah
perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat
mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat
kayu yang dipanggul lelaki itu.Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia
menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki
itu.Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun
pengrajin itu meyakinkannya dan dapat
menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih
lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan
meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari
itu. Dia pun segera membawanya pulang. Di tengah
perjalanan dia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah
barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki
itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si
wanita terpikat dan menawar dengan harga 200
dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita
menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke
pengrajin dan beranjak pulang. Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin
memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh
sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250
dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari
semak-semak, mengacungkan belati, merampas
uang itu, lalu kabur.Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata,
“Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan?Apa yang
diambil oleh perampok tadi? Lelaki itu mengangkat
bahunya dan berkata, “Oh,bukan apa-apa. Hanya
sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”. Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan.
Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi
kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah
TITIPAN Allah.
Benar kata orang bijak, manusia tak
memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup. Bila Kita
sadar kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?